Header Serambi Naqiibah

Rumah di Tengah Hutan (5)

1 comment
Konten [Tampil]

Saat tiba di kosan, aku teringat kembali apa yang terjadi saat aku ada di rumah. Sempat terpikir yang dikatakan oleh kakak pertamaku itu, penghuni rumah lainnya sedang menyambutku. Karena masih kepikiran, aku akhirnya menghubungi kakak perempuanku yang juga jarang di rumah karena masih kuliah juga.

Rumah di Tengah Hutan (5)

"Mbak, jujur aja deh. Apa kamu pernah mengalami hal seperti aku saat di rumah?"

"Kamu takut ya, Dek? Haha..."

"Dua kali loh, Mbak. Pintu rumah kebuka dan ndak terkunci, padahal kan dirasa udah dikunci."

"Belum ke-tiga kan? Makanya, jangan pakai perasaan."

"Serius deh Mbak. Kamu pernah ndak sih mengalami hal aneh di rumah?" Aku benar-benar penasaran tentang rumah di tanah bapak itu. Mbakku terdiam cukup lama. Baru kemudian bersedia bercerita.

Siang itu bapak sedang menjadi penguji di madrasah diniyah. Sebelumnya, bapak sudah berpesan kepada ibuk menunggunya pulang untuk salat asar berjamaah. Biasanya pukul 15.30, sudah selesai ujian madrasah diniyah. 

Mbakku yang sedang asyik mengerjakan tugasnya di kamar, tidak tahu kalau bapak sudah berangkat. Seperti biasa, sore adalah waktunya kakak perempuanku paling cantik itu menyapu rumah dan halaman depan rumah yang agak luas. Yang dilanjutkan mandi dan bersiap untuk salat asar. 

Sambil menunggu bapak pulang, mbakku sedang membaca buku sambil duduk di kursi ruang tamu yang menghadap jendela kaca. Sampai pukul 16.00, bapak masih belum ada tanda-tanda untuk pulang. Tak lama kemudian, mbakku mendengar suara motor bebek khas milik bapak dan melihat bapak lewat .

Nah, bukannya menyambut bapak, dia langsung ke kamar mandi untuk wudu dan memberi tahu ibu yang sedang menyetrika di kamar. Tapi memang kebiasaan bapak setiap dari luar, menengok kambingnya di kandang yang usai melahirkan anak.

"Bapak sudah pulang, Buk. Ayo wudu, Buk"

"Loh iya ta? Ibuk kok ndak dengar suara motornya datang. Bukan bapak paling yang kamu lihat, Nduk." Ibuk masih tidak percaya.

"Tadi yang kulihat pakai batik yang seragam madrasah diniyah itu, Buk. Makanya, aku yakin itu bapak. Paling mampir lihat anak kambingnya sih, Buk. Habis ini pasti masuk rumah." si mbak yang masih yakin kalau itu bapak sudah siap dengan mukena duduk anteng di ruang salat.

Ibuku yang masih tak percaya akhirnya keluar rumah dan tak terlihat ada sepeda motor bapak.

"Nduk, mana katamu ada bapak datang? Ini ndak ada motornya loh." seru ibu. Mbakku pun bergegas keluar untuk melihat sendiri.

"Tapi tadi aku melihat sendiri sama dengar suara motornya loh, Buk."

"Itu pakde yang mau nengok sapi paling di tempatnya sana."

"Tapi, orangnya pakai batik diniyah sama sarung hitam favorit bapak yang kulihat, buk. Masak iya pakde lihat sapinya pakai baju batik seragam diniyah. Lagian kan pakde ndak ngajar di sana. Eh, bapak tadi pakai baju apa toh, Buk? Kan tadi aku di kamar ndak lihat bapak berangkat"

Ibu terdiam dan kemudian mengiyakan apa yang dikatakan mbakku tadi, bapak memakai batik seragam diniyah. Sejenak, hening melanda. Tak lama kemudian, ada suara motor khas bebek dan bapak dengan senyum sumringahnya seperti biasa.

"Bapak dari mana saja, kok baru pulang? Sore amat pulangnya, belum salat asar loh" tanya ibuk.

"Loh ya dari madrasah diniyah, Buk. Kan barusan buyar ujiannya. Tadi ujian baca kitab, makanya agak lama. Maaf ya menunggu lama untuk salat." jawab bapak sambil merasa bersalah melihat mbakku yang sudah memakai mukena.

Mbakku yang mendengar jawaban bapak langsung tercengang. Lha yang dilihat dan didengar tadi siapa? Bapak yang melihat raut muka mbakku berubah langsung bertanya,

"Kenapa, Nduk? Kamu lihat apa tadi?" 

"Loh, bapak kok tahu?"

(bersambung)



Episode 1: Rumah di Tengah Hutan (1)

Episode 2: Rumah di Tengah Hutan (2)

Episode 3: Rumah di Tengah Hutan (3)

Episode 4: Rumah di Tengah Hutan (4)

Episode 5: Rumah di Tengah Hutan (5)

Episode 6: Rumah di Tengah Hutan (6)

Episode 7: Rumah di Tengah Hutan (7)

Naqiibatin Nadliriyah
Halo! Saya Naqi. Pembaca buku yang menulis beberapa topik di Serambi Naqiibah. Diantaranya tentang ulasan buku maupun film, tips, fiksi, finansial, dan review produk teman :)

Related Posts

1 comment

  1. Sejujurnya aku nih gicik ditambah aku orang visual. Mudah bagiku membayangkan hal2 yg hanya lewat tulisan. Sebagaimana adegan di cerbung ini.

    Saat kita seolah melihat atau mendengar sesuatu padahal tidak. Duh ka serem jadinya. Makanya aku tak suka yg berbau horor ..suka kebawa hiks

    ReplyDelete

Post a Comment