Header Serambi Naqiibah

Rumah di Tengah Hutan (2)

3 comments
Konten [Tampil]

Tiba-tiba saja bulu kudukku merinding mendengar bisikan kakak keduaku yang usil itu. Sambil nyengir, mbakku yang jutek itu pun melenggang pergi setelah membisikkan kalimat tadi. 

Akan tetapi setelah berpikir ulang, memang bapak adalah orang yang tidak menonjol sama sekali di masyarakat. Tak mungkin ada orang yang terusik akan kepindahannya bapak. Pikiranku sudah mengembara ke mana-mana dan akhirnya diriku tidak tahan untuk menanyakan hal yang menggangguku tersebut kepada ibu malam itu.

"Buk, bagaimana kalau misalkan  yang memasukkan garam ke tong air itu adalah makhluk sebangsa lelembut?" aku sambil memijat pundak ibuk.

Sejenak ibu terdiam dan berbalik sambil menatap lama kepadaku, aku makin bergidik ngeri dengan tatapan ibu. "Jangan berpikir macam-macam dulu Nak. Ndak usah dengerin kata mbakmu. Itu pasti kerjaan orang usil. Anggap saja demikian, biar hati kita tenang."

Meskipun mendapat pesan dalam dari ibuk, diriku tak bisa tidur malam itu. Apalagi sebentar lagi rumah sudah terlihat bangunannya, tinggal memperhalus dan melengkapi paving untuk halaman. Yang itu artinya kami akan pindah ke sana dalam waktu dekat. 

Kabar bagusnya, bulan depan aku akan menghadapi UAS. Jadi, dengan dalih belajar bersama aku akan tinggal bersama sepupu yang sekelas denganku. Bapak dan ibuk masih menyetujui pilihan anak-anaknya asalkan mau bertanggung jawab penuh dengan pilihannya.

Rumah di Tengah Hutan (2)

Tiga Bulan Kemudian

Tiga bulan kemudian, suasana di rumah baru ramai dengan banyak orang yang mendatangi. Ya, akhirnya kami sekeluarga pindah. Rumah warisan milik orang tua ibuk pun sudah terjual. Dan hari ini, ada acara selametan yang digelar bapak dan ibu di rumah baru kami sambil mengundang tetangga sekitar.

Jangan ditanya ada tetangga dekat rumah. Karena tanah yang digunakan untuk rumah kami adalah sebuah tanah pekarangan milik simbah kakung yang dibagi rata untuk anak-anaknya, jadi sekitar rumah adalah tanah milik saudara bapak yang juga ditanami pohon jati. Dan kebetulan lainnya, hanya ada kandang kambing milik bapak di sebelah kiri rumah yang agak menjauh serta kandang ayam yang ada di belakang rumah.

Nah, bisa dipastikan kalau malam hari, suasana tempat tinggal kami benar-benar terasa seperti di hutan, hanya suara jangkrik dan katak silih berganti tanpa terlihat cahaya di luar rumah kami. Sementara di pagi hari, suasana kicau burung yang saling bersahutan. 

Antena televisi saja sudah menyerah untuk menyangkutkan salah satu stasiun televisi. Jadi selama pindah ke rumah ini, kami tak bisa menonton televisi. Kami hanya memantau berita dalam maupun luar negeri via akses internet di ponsel masing-masing. Oleh karena itu, aku memutuskan untuk membeli burung trucukan untuk meramaikan di dalam rumah.

Setelah mendapatkan persetujuan dari bapak, karena beliau yang akan merawatnya saat aku pergi kuliah nanti, aku langsung mencari burung trucukan di penjual burung. Akan tetapi nasib belum berpihak kepadaku. Penjual burung bilang sekarang musimnya Lovebird, bukan burung pekicau.

Sepulang dari mencari burung trucukan, aku pun membantu bapak untuk mencari rerumputan buat makan kambing-kambing bapak. Di tengah-tengah aku menyabit rumput, tak ada angin tak ada hujan tiba-tiba ada sesuatu yang jatuh tak jauh dari depanku.

"Gedebuk!"

Aku langsung berlari menuju tempat jatuhnya sesuatu tadi. Tak disangka, sesuatu yang jatuh tadi adalah sebuah sangkar burung. Yang membuatku sangat terkejut adalah isi sangkar itu, seekor anakan burung trucukan yang sangat gembul. (bersambung)


Episode 1: Rumah di Tengah Hutan (1)

Episode 2: Rumah di Tengah Hutan (2)

Episode 3: Rumah di Tengah Hutan (3)

Episode 4: Rumah di Tengah Hutan (4)

Episode 5: Rumah di Tengah Hutan (5)

Episode 6: Rumah di Tengah Hutan (6)

Episode 7: Rumah di Tengah Hutan (7)

Naqiibatin Nadliriyah
Halo! Saya Naqi. Pembaca buku yang menulis beberapa topik di Serambi Naqiibah. Diantaranya tentang ulasan buku maupun film, tips, fiksi, finansial, dan review produk teman :)

Related Posts

3 comments

  1. Tentang rumah angker ya? Ayo semangat kak Naqi, dilanjut cerbungnya ☺💪

    ReplyDelete
  2. Ayo pelihara burung yg jatuh itu..
    Kasihan soalnya

    ReplyDelete

Post a Comment