Header Serambi Naqiibah

Pengalaman Mengikuti Kelas Ecoprint Bersama Hamparan Rintik

21 comments
Konten [Tampil]

Apa kabar, bulan Juli? Semoga tetap sehat ya. Kali ini aku akan bercerita tentang pengalamanku mengikuti kelas Ecoprint bersama Hamparan Rintik.

Apa itu Hamparan Rintik dan Teknik Ecoprint, baca artikel ini sampai selesai ya:)

Pengalaman Mengikuti Kelas Ecoprint Bersama Hamparan Rintik

Hamparan Rintik

Hamparan Rintik merupakan sebuah UMKM produk fashion di kota Malang yang mengusung konsep ready-to-wear dan potongan zero-waste. 

Diambil dari kata Batik atau Babaran Titik. Kumpulan motif yang dimulai dari satu tetes malam panas. Hamparan Rintik memulainya dari satu titik untuk menjadi sebuah motif. 

Hamparan Rintik mengusahakan untuk membuat kain dengan ukuran kecil sesuai kebutuhan. Yang kemudian diproses menjadi batik, ecoprint atau shibori. Agar penggunaannya bisa tepat sesuai potongan baju. Motif bisa berada di posisi yang diinginkan dan mencegah limbah potongan perca kain.

Semua desain motif dan busana yang diproduksi di Hamparan Rintik ini dibuat oleh ownernya sendiri, Fikrah Ryanda Saputra yang akrab disapa kak Fiko. Keren, kan?

Apa Itu Teknik EcoPrint?

Ecoprint berasal dari dua kata, eco yang berarti alam, dan kata print yang berarti cetak. Yang artinya mencetak warna pada kain dengan bahan alam.

Ecoprint merupakan teknik pewarnaan pada kain dengan menggunakan bahan alami seperti dedaunan, bunga, bahkan tangkai dahan.

Tahapan dalam melakukan teknik ecoprint terbagi menjadi 3 tahap secara garis besar, natara lain:

1. Persiapan

Persiapan di tahap ini meliputi persiapan kain maupun bahan yang akan digunakan ecoprint. 

a. Persiapan pada kain

Untuk menyiapkan kain agar bisa digunakan

b. Persiapan bahan alam yang akan digunakan

Untuk memilih daun bisa menggunakan dedaunan yang sering digunakan seperti daun jarak, daun kalpataru, daun jati, daun lanang, daun ketapang, daun mangga, daun jambu dll.

Macam-macam Daun yang Digunakan pada Kelas Hamparan Rintik

2. Proses

Pada tahapan ini, ada beberapa proses, yaitu:

a. Layouting

Proses ini merupakan penataan letak daun pada kain (layouting). Biasanya dengan menggunakan teknik mirror pada satu sisi saja.

b. Proses Mencetak

Proses mencetak ini dilakukan dua cara yakni dipukul-pukul atau dengan dikukus selama 1-8 jam.

3. Finishing

Pada tahap akhir ini dilakukan penguncian warna.

  • jika ingin warnanya lebih cerah, bisa digunakan larutan cuka atau kapur
  • jika ingin warna sesuai warna asli hasil ecoprint bisa digunakan larutan tawas.
  • jika ingin warna lebih gelap bisa dikunci dengan larutan tunjung

Apa Itu Teknik Shibori?

Shibori berasal dari bahasa Jepang, berupa kata kerja ‘shiboru’, akni teknik pewarnaan kain yang mengandalkan ikatan dan celupan

Pengalaman Mengikuti Kelas Bikin Sprei Ecoprint mix Shibori Hamparan Rintik

Beberapa hari yang lalu aku mengikuti kelas Ecoprint yang diadakan Hamparan Rintik ini. Dengan membayar seharga Rp450.000,00 kita sudah mendapatkan fasilitas e-modul materi dari Hamparan Rintik, kain ukuran 2x2,4m dan juga bahan-bahan alam yang akan dijadikan ecoprint.

Kita tinggal datang membawa diri dan mengosongkan gelas untuk menyimak materi sekaligus langsung praktik membuat ecoprint. Pemateri kelas Ecoprint ini tentu saja langsung dari Kak Fiko, owner Hamparan Rintik yang dibantu dengan beberapa mahasiswa yang sedang magang di sana.

Kelas berlangsung di Kafe Barat Timur yang berlokasi di Jl. Songgoriti No. 16, Lowokwaru, Malang. Jadi, selama kelas berlangsung kita juga bisa sambil menikmati makanan yang bisa dipesan di tempat.

Tahapan Proses Shibori x Ecoprint di Kelas Hamparan Rintik

Seperti yang sudah dijelaskan di atas, proses membuat ecoprint adalah persiapan - layouting - ecoprint - finishing. Nah, karena kelas kali ini menggunakan teknik ecoprint yang dicampur dengan teknik Shibori. Penasaran bagaimana proses dan hasil kain ecoprint mix shibori ini, kan?

Tahapan Shibori pada Kelas Ecoprint

1. Preparation: Kain dimordant 

Sebenarnya prosesnya lebih lama karena pada tahap persiapan untuk kain sebelum digunakan adalah kain dimordant terlebih dahulu lalu dikeringkan. Gunanya mordant ini untuk menambah kandungan mineral pada kain agar tanin pada tumbuhan yang akan diecoprint bisa lebih terikat warnanya pada kain.

Untuk membuat larutan mordant yakni membutuhkan bahan-bahan berikut:

  • Air 1500ml 
  • Cuka 5 sdm 
  • Baking soda 50gr 
  • Tawas 150gr 
  • Tunjung 15gr 
  • Soda as 50gr

Nah, karena peserta kelas saat itu adalah sekitar 13 orang dan hanya berjalan selama 1 hari saja, maka kain sprei bakal calon ecoprint sudah dimordant dan dikeringkan Hamparan Rintik terlebih dahulu. Sangat mempersingkat waktu proses ecoprint yang sebenarnya membutuhkan waktu yang cukup lama, bukan?

2. Dibilas Tunjung

Tunjung merupakan salah satu bahan pewarna alami yang menghasilkan warna lebih gelap dibandingkan bahan pengunci lain seperti kapur sirih atau tawas. Tunjung ini berupa bahan padat yang terdiri dari besi sulfat (FeSO4). 

3. Dilakukan Shibori

Shibori adalah teknik pewarnaan kain dengan teknik ikat celup. Atau yang biasa kita kenal dengan jumputan, dengan bahasa kekinian tie dye.

Pada proses ini sangat membutuhkan bantuan teman-teman untuk melipat atau membuat pola dengan karet, stik eskrim atau jepitan.

4. Dicelup cairan indigofera

Setelah dilipat dan dikat sesuai keinginan lalu dicelup cairan indigofera.

Indigo adalah pewarna alam berbentuk pasta yang dibuat dari daun indigo. Jenis yang digunakan pada kelas Ecoprint Hamparan Rintik ini adalah Indigofera Tinctoria. Cairan pasta indigo dicampur dengan reaktornya yaitu hidrosulfit (H2SO4). 

5. Dijemur 

Lalu dijemur sebentar sampai tidak telalu basah. Jadi, setelah dicelup cairan indigofera, dijemur agak kering, dicelup lagi. Dicelup kering celup kering sampai 6-8kali.

Proses Ecoprint pada kelas Hamparan Rintik

6. Proses Ecoprint: menata daun

Setelah sudah agak kering, saatnya kita melakukan ecoprint, menata dedaunan sesuai selera kita.

Tips saat proses ecoprint ini adalah dimirror saat menata dedaunannya. Jadi daun yang akan digunakan ditata di separuh bagian lalu dilipat dua. 

Dedaunan yang kemarin dipakai antara lain:

  • daun jarak hijau yang membuat warnanya jadi hijau, 
  • daun jati 
  • daun merah yang menjadikan warna ungu tua, 
  • daun jenitri yang membuat warna hitam, 
  • daun lanang membuat warna kuning. 

7. Proses Ecoprint: menggulung dengan plastik

Setelah ditata dan dilipat dua, kain digulung dengan plastik. Lalu diikat dengan tali sekuat mungkin. Fungsinya agar daun benar-benar menempel pada kain dan supaya tidak ada udara dalam ikatan kain.

8. Proses Ecoprint: dikukus selama 2 jam.

Setelah diikat dengan kuat, kain siap dikukus. untuk waktu mengukus rentang waktu 1-8 jam. Akan tetapi, kami saat itu hanya sekitar 2 jam. Tak lain karena keterbatasan waktu. Sudah menjelang sore, Cyin!

9. Finishing

Tahap terakhir setelah dikukus, dilakukan proses finishing: dijemur - dibilas cuka - dijemur selama 1 minggu tanpa sinar matahari - dibilas tunjung - dijemur hingga kering - dicuci detergen tanpa pemutih. Baru deh, bisa dipakai.

Dibilas cuka ini berfungsi untuk menghentikan perubahan warna dan menetralkan tingkat keasaman kain. Karena kain sesudah dikukus itu kondisinya cukup basa. Sementara cuka kan bersifat asam kan? Cukup dengan 15 ml cuka yang diencerkan pada 1 L air

Sementara dibilas tunjung jika ingin warna lebih gelap. Larutan tunjung yang bisa dibuat adalah 10 gr tunjung dengan air sebanyak 1 L.

Kukira kita asam dan garam~

Kerja Kelompok yang Seru

Nah, untuk menyingkat waktu maka kita mengerjakan di kelas ini secara berkelompok tapi tiap orang pegang satu kain. Saling membantu untuk melipat, menjumput dan segala proses selama ecoprint berlangsung.

Dari berkelompok ini kita juga dituntut untuk peka terhadap masalah yang dihadapi peserta lain. Selain itu, bisa lebih kenal dengan peserta lain yang tertarik dengan kelas seni mewarnai kain ini.

kain hasil ecoprint mix shibori

Penutup

Dari mengikuti kelas Ecoprint bersama Hamparan Rintik beberapa waktu yang lalu, saya sangat puas dengan kain yang berhasil saya warnai. 

Ecoprint mengajarkan bahwa alam tak pernah hadir dengan sia-sia. Bahwa dedaunan pun memiliki pigmen warna yang bisa kita jadikan sebagai pewarna yang indah untuk kehidupan kita.

Untuk kalian yang penasaran dan tertarik ingin mengikuti kelas yang diadakan maupun tertarik dengan produk Hamparan Rintik bisa langsung kunjungi profil instagram Hamparan Rintik ya :)


Referensi:

e-Modul materi ecoprint Hamparan Rintik

Naqiibatin Nadliriyah
Halo! Saya Naqi. Pembaca buku yang menulis beberapa topik di Serambi Naqiibah. Diantaranya tentang ulasan buku maupun film, tips, fiksi, finansial, dan review produk teman :)

Related Posts

21 comments

  1. Menarik banget ya kak kelasnya. Bisa belajar hal-hal baru

    ReplyDelete
  2. Waktu itu, krucil dapat tugas membatik dengan teknik kain diikat-ikat pakai kelereng, Mbak. dan hasilnya bagus juga.
    Nah, ini teknik eco print justru hasilnya lebih keren, ya. Karena tekstur daun itu beragam, termasuk bentuknya juga. Jadi kreasi yang sangat menarik.

    ReplyDelete
  3. Warnanya apik mbak..
    Senengnya mengikuti kelas seperti ini tuh, perlahan-lahan ya, karena tekniknya ini cukup unik dan ketelitian diperlukan.
    Namun kalau udah lihai mah bisa wusss wusss wokeh hasilnya

    ReplyDelete
  4. Motifnya jadi cantik itu
    Suka sekali karena benar benar menggambarkan tentang alam
    Hmm... jadi ingat ada pamera kain ecoprint di Surabaya
    Produknya jadi bernilai mahal

    ReplyDelete
  5. Wah, salah satu teknik pembuatan batik dengan ecoprint bagus jg ya hasilnya.. Saya pernah coba teknik shibori, tp kalau ecoprint belum pernah nih.. Tau nya ecoprint untuk melukis di canvas kertas saja..hehee

    ReplyDelete
  6. keren banget ya kak idenya, memanfaat bahan yang ada dengan teknik ecoprint yang aman untuk lingkungan. Apalagi batik yang dihasilkan ekslusif karena tidak ada yang sama
    '

    ReplyDelete
  7. Warna-warna alam tu emang nggak pernah gagal buat terlihat keren. Senengnya bisa ikut kelas ecoprint gitu, Kak. Udah gitu hasilnya bisa kita bawa pulang kan ya. Pasti puas bangetlah dengan hasil kerja sendiri. Keren kak.

    ReplyDelete
  8. Bagus banget mbak hasilnya. Jadi tertarik buat ikutan bkin sprei shibori dan ecoprint. Menggabungkan dua teknik yang aku kagumi

    ReplyDelete
  9. Ecoprint ternyata polanya juga berbentuk daun ya
    Aku kira pewarnanya aja yang dari daun/bahan-bahan alami

    Lucuuuuu hasilnyaaaa

    ReplyDelete
  10. wah pasti seru banget ya buat belajar ecoprint, aku pernah sekali tapi belum sampai gimana olah bahan bakunya. jadi pengen ikutan belajar nih.

    ReplyDelete
  11. Waaah asik nih seruu cocok buat anak-anak. Next kalau libur bisa di coba mempraktekan teknik ecoprint

    ReplyDelete
  12. Iya banyak teman-temanku juga mulai membuat eco print
    Ternyata g bisa pakai sembarang daun ya mbak

    ReplyDelete
  13. Cantiik banget teknik Shibori ini yaa..
    Proses panjang dan gak mudah, tapi setelah jadi, begitu indah. Dan aku baru tau kalau pas Proses Ecoprint harus melewati proses dikukus dahulu.

    ReplyDelete
  14. waaa jadinya cantik yaa mba.. menarik bangeet. dulu mah waktu SMP aku cuma belajar proses tye dye ajaa.. tapi itupun nggak sampai konsisten untuk aku teruskan lagi

    ReplyDelete
  15. Aaaa seru banget mbak belajar ecoprint, aku jadi penasaran banget pengen cobain ya. Dulu pernah belajar bikin tye dye pakai wantex.

    ReplyDelete
  16. MasyaAllah cantiiik banget ya mbak jadinya. Ternyata prosesnya bertahap dan agak lama juga ya untuk membuat kain secantik itu. Tapi aku penasaran pas penataan daun Trus dilipat dan digulung trus dikukus itu apa gak berubah geser gitu ya daunnya mbak. Kan gak di lem.

    ReplyDelete
  17. Seru banget ya belajar dan praktik ecoprint... Kalau aku kayaknya gak setelaten itu deh...

    ReplyDelete
  18. Pastijya bakal seru banget nih kegiatannya, bisa bikin kreasi bareng-bareng. Lanjutin biar jadi usaha mb, lumayan sprei limited edition bisa lebih mahal harganya

    ReplyDelete
  19. Masya Allah kerennya. Bagus ya natural jadinya. Seneng banget bsa terlibat langsung ya.

    Suka aku

    ReplyDelete
  20. Wow keren banget. Dari daun pun bisa di Bikin ecoprint yang cantik. Udah gitu Ramah Lingkungan yaa.. Aku tahunya jumputan doank, dulu Zaman skull pernah Bikin jumputan. Sedikit mirip ya. Tapi ini menarik banget. Sayangnya di Malqng (again) kudu terbang maning haha

    ReplyDelete
  21. Sejujurnya aku pengen banget bisa menjajal teknik tersebut mbak, karena pernah mendapati teman yang bisa juga..Ah, bisa dapat kain selembar dari hasil kerja sendiri pasti mengesankan ya, sayangnya hanya di Malang ya ini

    ReplyDelete

Post a Comment