Header Serambi Naqiibah

Mengulik Kartini Nyantri

1 comment
Konten [Tampil]

 Selamat Hari Kartini untuk para perempuan Indonesia!

Tahukah kalian, bahwa sumber inspirasi ibu kita Kartini yang menggelorakan semangat belajar bagi kaum perempuan adalah Al-Qur’an? Bahwa kalimat sakti pada karya ibu Kartini, Habis Gelap Terbitlah Terang adalah QS. Albaqarah

Kartini Nyantri

Nah, kali ini saya akan menemani hari Kartini kali ini dengan mengulik buku Kartini Nyantri. Langsung simak saja ya!

Identitas Buku

Judul: Kartini Nyantri 
Penulis: Amirul Ulum
Penerbit: Global Press
Tebal: x+266 halaman
Layout dan Desain Cover: Linkmed Pro Jogja
Genre: NonFiksi
Tahun terbit: November 2016 (cet ii)
ISBN: 978-602-60177-2-7
Harga: Rp70.000,00 
Buku Kartini Nyantri

Blurb

“Allah atauTuhan, bagi kami sekarang bukanlah ucapan hampa lagi. Kata itu, aduhai sangat banyak diucapkan orang tanpa dipikirkan.

Kini bagi kami bunyinya kudus, suci. Terima kasih, terima kasih sekali, bahwa Nyonya telah menyingkapkan tirai yang ada di hadapan kami, sehingga dapat menemukan yang lama kita cari.”

-Surat Kartini kepadaNyonya Nellie van Kol tanggal 21 Juli 1902-

“Ingin sekali saya menggunakan gelar tertinggi, yaitu hamba Allah. Sekarang hidup menuntut janji itu. Tidak ada sesuatu yang terlalu pahit, terlalu berat, terlalu keras bagi kami, apabila kami dengan perbuatan itu dapat membantu sedikit pembangunan tugu peringatan yang indah yaitu: kebahagiaan bangsa.”

-Surat Kartini kepada Nyonya R.M. Abendanon Mandri tanggal 1 Agustus 1903-

Buku ini mengungkap perjalanan teologi dan spiritual Kartini, mulai Tuhan dan syariat-Nya yang dianggapnya hampa hingga menjadi sangat bermakna, sehingga kegelapan yang ada dalam hatinya disirnakan oleh sebuah cahaya yang terang benerang. 

Dalam surat-suratnya, Kartini menyebutkan bahwa orang yang berjasa dalam menemukan Tuhannya (Allah) adalah Nyonya Nellie van Kol dan Nyonya R.M. Abendanon, bukan seorang ulama atau kiai. Sehingga, terjadilah sebuah kemusykilan. Sebagian kemusykilan dalam surat-surat Kartini telah diungkap dalam buku ini, di antaranya adalah, adanya indikasi kalau nama Kiai Shaleh Darat telah disamarkan dalam surat Kartini yang notabenya sudah diedit oleh Mr. J.H. Abendanon. Selain itu, ternyata, Kartini adalah masih termasuk salah seorang keturunan Rasulullah Saw yang bermarga al-Habsyi

Review Buku Kartini Nyantri

Buku nonfiksi yang awalnya kukira novel ini memang sangat membuka wawasan perjalanan teologi dan spritual Kartini. 

Penulis menjelaskan secara runtut dari Jepara di masa Ratu Shima, islam masuk di bumi Nusantara. Lalu masa penjajahan Belanda baru memperkenalkan Kartini. 

Dengan berbekal surat-surat yang ditulis Kartini kepada sahabat penanya yang mayoritas didominasi orang Eropa, penulis menceritakan sosok Kartini dalam suratnya yang memiliki keresahan dalam ajaran islam hingga menemukan banyak nuansa religi islam berupa tasawuf, teologi dan syariat. 

Kemusykilan di surat Kartini menjadi misteri yang akhirnya berhasil diurai dengan jelas bahwa Kartini pernah menimba ilmu agama islam kepada Kiai Shaleh Darat. Hingga Kiai Shaleh Darat menulis buku Faidh al-Rahman, tafsir Qur'an berbahasa Arab Pegon untuk Kartini.

Kisah Pertemuan Kartini dengan Kiai Shaleh Darat

Saat masih kecil, sebelum usianya dipingit, Kartini pernah mengalami sebuah pengalaman pahit tentang al-Qur’an, kitab suci pegangan umat Islam.

Kitab suci yang dijadikan sebagai pedoman hidup untuk bekal keselamatan di dunia dan akhirat. Sejatinya ia sangat tertarik dengan bacaan ayat-ayat suci al-Qur’an, kitab suci yang tidak akan pernah dapat ditandingi kehebatannya oleh semua mahkluk di alam semesta. 

Akan tetapi, karena keingintahuannya yang tinggi, dengan memberanikan diri, ia bertanya kepada guru ngajinya tentang makna yang terkandung. Guru ngajinya tidak bersedia menerjemahkan arti yang terkandung dalam kitab suci al-Qur’an. Kartini sangat kecewa. Ia menjadi malas mengaji.

Bertemulah ia dengan Kiai Sholeh Darat, yang sama-sama asli orang Jepara, namun bertempat tinggal di Semarang. Ketika beliau mengisi acara di Kadipaten Jepara, Kartini pun mendengarkan bagaimana indahnya pemaparan kalam ilahi yang dari Kiai Shaleh Darat.

Kebetulan yang dibaca oleh Kiai Shaleh Darat adalah makna surat Al Fatihah. Merasa masih penasaran dengan apa yang terkandung dalam al-Qur’an, akhirnya ia meminta sang paman agar diperkenankan untuk bertemu dengan sang kiai.

Dialog dialognya dengan Kiai Sholeh Darat, Kartini menginginkan agar Sang Kiai berkenan menerjemahkan kalam ilahi tersebut ke dalam bahasa selain Arab, yang dimengertinya.

Merasa tidak mampu, Kiai Sholeh Darat mengatakan tidak sanggup. Kartini terus mengiba agar Kiai Sholeh Darat berkenan menerjemahkan al-Qur’an supaya dimengerti maksudnya. Akhirnya Kiai Sholeh Darat tidak kuasa kecuali memenuhi permintaan Kartini.

Tafsir permintaan Kartini kepada Kiai Sholeh Darat diberi nama Faidhu al-Rahmãn fi Tarjamati Tafsîri Kalam Maliki al-Dayyãn yang diserahkan kepada Kartini pada 17 Agustus 1902

Fakta sejarah pertemuan antara RA Kartini dengan Kiai Sholeh Darat memang tidak diceritakan Kartini di setiap catatan surat-suratnya.

"Karena merasa senangnya, seorang tua telah menyerahkan kepada kami naskah-naskah lama Jawa yang kebanyakan menggunakan huruf Arab. Karena itu kini kami ingin belajar lagi membaca dan menulis huruf Arab. Sampai saat ini buku-buku Jawa itu semakin sulit sekali diperoleh lantaran ditulis tangan. Hanya beberapa buah saja yang dicetak. Kami sekarang sedang membaca puisi bagus, pelajaran yang arif dalam bahasa yang bagus. Saya ingin sekali kami mengerti bahasa kami." (hal. 203). *surat Kartini kepada Tuan E.C.Abendanon, 17 Agustus 1902.

Sementara dari keterangan Nyai Fadhila Sholeh, cucu Kiai Shaleh Darat yang menerangkan kisah kegalauan Kartini tentang makna Al-Quran dan teks Arab Jawa Pegon yang dibawa oleh orang tua tersebut, maka indikasi kuat penulis mengarah kepada Kiai Shaleh Darat. Entah mengapa di surat tersebut Kartini tidak menuliskan nama Kiai Shaleh Darat. Beberapa kemungkinan dijelaskan oleh penulis dalam buku ini.

Buku ini layak dibaca sebab membeberkan beberapa fakta menarik pada sosok Kartini. Buku ini berusaha menyikap tabir yang selama ini disembunyikan oleh orang barat atas diri Kartini. 

Mereka menganggap bahwa Kartini adalah hasil didikan utuh mereka, padahal sebenarnya tidaklah demikian. Namun, di bagian awal bagiku cukup membosankan. Yah, namanya juga nonfiksi sejarah gitu ya.

Naqiibatin Nadliriyah
Halo! Saya Naqi. Pembaca buku yang menulis beberapa topik di Serambi Naqiibah. Diantaranya tentang ulasan buku maupun film, tips, fiksi, finansial, dan review produk teman :)

Related Posts

1 comment

  1. Salah satu buku yang saya ingin baca ini kakak. Alhamdulillah, sudah dapat reviewnya lewat tulisan ini, setidaknya agak menghilangkan rasa penasaran saya terhadap bukunya. Semakin mantap untuk membeli dan membacanya sendiri

    ReplyDelete

Post a Comment