Header Serambi Naqiibah

Wisata Desa Billapora dalam Sajak Karya Raedu Basha

9 comments
Konten [Tampil]

Ada yang sudah pernah berkenalan dengan karya-karya Raedu Basha? Beliau merupakan sastrawan dari tanah Madura yang biasanya mengulik tentang pesantren. Nah, buku ini merupakan karya terbaru beliau. 

Selain itu, Wisata Desa Billapora dalam Sajak karya Raedu Basha ini kumpulan puisi yang masuk nominasi penghargaan Kusala Sastra Khatulistiwa . Keren, kan? Tentang apa, sih? Langsung baca ulasan Naqi kali ini, ya :) 

Wisata Desa Billapora dalam Sajak Karya Raedu Basha

Buku Wisata Desa Billapora dalam Sajak 

Seperti yang sudah kuungkapkan sebelumnya, Wisata Desa Billapora dalam Sajak karya Raedu Basha ini kumpulan puisi yang masuk nominasi 5 besar. Seperti apa bukunya? Bisa dibaca di bawah ya.

Identitas Buku

Identitas buku ini bisa dilihat di bawah ini:

  • Judul : Wisata Desa Billapora dalam Sajak
  • Penulis : Raedu Basha
  • Penerbit : Ganding Pustaka 
  • Hlm  :  104 halaman
  • Tahun terbit: Oktober 2021 (cet II)
  • ISBN : 978-602-6505-51-4
  • Harga: Rp55.000,00
Buku Wisata Desa Billapora dalam Sajak

4 Fun Facts Wisata Desa Billapora dalam Sajak Karya Raedu Basha

Setelah membaca buku Wisata Desa Billapora dalam Sajak, saya menemukan beberapa fakta menarik seputar buku ini. Fakta-fakta menarik tersebut antara lain:

1. Penulis Konsisten Menulis dalam Tema Lokalitas

Penulis yang dikenal sebagai Raedu Basha ini memiliki nama asli Muhammad Badrus Shaleh. Beberapa karya terakhir beliau tentang pesantren, yakni kumpulan puisi Hadrah Kiai dan buku nonfiksi Sastrawan Santri. 

2. Eksplorasi tentang Desa Penulis 

Yups, buku ini merupakan kumpulan puisi yang menceritakan tentang desa si penulis. Pembaca akan diajak berkeliling ke desa Billapora, sebuah desa di kecamatan Lenteng, Sumenep, Jawa Timur.

Seperti namanya, buku ini akan mengajak kita berwisata ke desa Billapora, namun dalam bentuk sajak-sajak puisi. Isi buku Wisata Desa Billapora dalam Sajak ini terbagi menjadi 3 bagian, yaitu:

a. Bagian I: Alkisah Bujuk dan Anyaran

Pada bagian ini, sebanyak lima belas buah puisi bercerita tentang kisah-kisah, terutama awal mula desa ini. Setiap desa pasti memiliki hikayat tentang asal usul nama desa tersebut. Begitu pula dengan Billapora. Dibuka dengan puisi berjudul Pergi dari Giri yang mengisahkan Agung Sumi yang pergi dari istana Giri.

bakda Giri Kedaton hancur
Agung Sumi dengan hati babak belur
menjinjing ujung sampir
nuruni undakan demi undakan
hendak buru selamanya
(Pergi dari Giri, hlm. 11)

Selain kisah awal desa Billapora, puisi lainnya dalam bab ini menuturkan kisah orang-orang yang tinggal di pelosok desa ini. Hal ini tentu mengembalikan memori pembaca tentang desa masing-masing atau memberikan deskripsi sebuah kehidupan mewah dalam sebuah desa.

b. Bagian II: Kerajinan, Permainan dan Kuliner

Sejumlah lima belas puisi pada bagian ini berisi tentang segala kerajinan, permainan dan kuliner yang tersaji di desa Billapora, mulai dari Batik Agung Sumi, Suttatti Laila Suttatti (permainan tangan dan lisan) hingga Sagun dan Makmul.

rumah kakek dan nenek
adalah surga toples kaca
sagun: kue kering kotak
100%  parutan kelapa
makmul: jubung kuning bertabur wejan
(Di Antara Sagun dan Makmul, hlm 82)

c. Bagian III: Ritus dan Mitos 

Sesuai nama bagian ketiga buku ini, delapan puisi mengungkapkan segala adat ritual dan mitos yang terdapat dalam desa Billapora ini. Seperti adat pamogih (harta yang wajib dibawa oleh mempelai pria ke rumah calon istri), ritual dan mitos yang disajikan dalam puisi Kamis Sebelum Magrib 

Setelah membaca bagian ketiga dari Wisata Desa Billapora dalam Sajak ini apalagi puisi Pamogih, saya teringat dengan adat pernikahan di tanah Madura yang diceritakan dalam novel Damar Kambang karya Muna Masyari.

Untuk beberapa mitos dalam buku puisi Wisata Desa Billapora dalam Sajak pun tak hanya khusus ada di desa ini. Beberapa saya merasa dekat dengan mitos dalam puisi Amati Binatang Bertandang.

amati kupu-kupu yang masuk rumahmu
ia cermin tamu yang akan berbagi rejeki
harta atau jasa atau pula bukti cinta
(Amati Binatang Bertandang, hlm 86) 

3. Meraih Karya Unggulan Sayembara Manuskrip Buku Puisi Dewan Kesenian Jawa Timur 2021

Pada bulan Juni 2021 kemarin Dewan Kesenian Jawa Timur mengadakan Sayembara Manuskrip Buku Puisi 2021. Ada lima naskah unggulan antara lain:

  1. Tanah Tanpa Biografi karya Ali Ibnu Anwar
  2. Tanean Lanjang kary Ebi Langkung
  3. Jati karya Kuspriyanto
  4. Merawat Masa Lalu karya Mohamad Saroni
  5. Wisata Desa Billapora dalam Sajak karya Raedu Basha

Dewan Kesenian Jawa Timur sendiri mengatakan sayembara ini diadakan untuk menjaring naskah buku puisi yang merepresentasikan latar kultur, sejarah, latar geografis, dan kehidupan sosial masyarakat Jawa Timur. Jadi, tak heran buku Wisata Desa Billapora dalam Sajak mendapat anugerah karya unggulan.

4. Masuk 5 Besar Kusala Sastra Khatulistiwa Kategori Puisi

Kusala Sastra Khatulistiwa merupakan anugerah penghargaan bagi karya sastra Indonesia berupa prosa maupun puisi yang didirikan oleh Richard Oh dan Takeshi Ichiki. Selain Raedu, novel Damar Kambang karya Muna Masyari yang berasal dari Pamekasan masuk lima besar kategori prosa.

4 Fun Facts Wisata Desa Billapora dalam Sajak Karya Raedu Basha

"Tanpa desa, negara hanya sebuah nama yang hampa" Raedu Basha

Buku Wisata Desa Billapora dalam Sajak Karya Raedu Basha ini memang memuat lokalitas desa Billapora. Beberapa kata dalam puisi buku ini menggunakan bahasa setempat. Akan tetapi, dalam halaman terakhir, terdapat glosarium yang memuat arti dari istilah bahasa setempat tersebut.

Demikianlah ulasan dan fakta menarik pada buku Wisata Desa Billapora dalam Sajak Karya Raedu Basha. Kalian tertarik membacanya? Bisa dibeli di Lapak Naqi atau hubungi saya. Terima kasih, salam literasi. :)

Naqiibatin Nadliriyah
Halo! Saya Naqi. Pembaca buku yang menulis beberapa topik di Serambi Naqiibah. Diantaranya tentang ulasan buku maupun film, tips, fiksi, finansial, dan review produk teman :)

Related Posts

9 comments

  1. Menarik sekali bukunya... Puisi tentang sebuah desa... Masuk 5 besar Kusala Sastra Khatulistiwa lagi. Kapan ya bisa kayak gini...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Semangat, dok. Pasti nanti ada waktunya lah. Pak dokter dah keren banyak karyanyaa

      Delete
  2. Cerita yang di kemas dengan tulisan sajak ,, mantep ...
    Menginspirasi banget utk buat karya yg sama

    ReplyDelete
  3. Rupanya mitos tentang kupu-kupu ini terkenal dimana-mana ya. Aku pun sedari kecil mendengar mitos ini dari para orang tua.

    Rupanya penulis juga menuliskan bahwa di desa Billapora juga mengenal adanya mitos ini. Menarik ulasan mba Naqi, jadi pengen baca bukunya.

    ReplyDelete
  4. Menarik baca ulasan buku di tempat Kak Naqi, lokalitasnya memang dapet banget bahkan tentang kupu-kupu itu emang ralated banget terutama di Jawa Tengah wkwkw

    ReplyDelete
  5. Wow pandai kali si empunya blog mengambil makna dalam buku bilapora ini.

    Keren banget sih, sejujurnya sebagai anak turun pulau garam aku tak tahu adat istiadat ttg pulau ini. Tapi mgkin buku ini bisa jadi salah satu refrensiku.

    Layak dia masuk kategori 5 karya terbaik DK jatim Sebab tak banyak yg mengangkat isu lokalitas. Aku jadi terimgat judul buku "dolan". Yg juga berisi lokalitas

    ReplyDelete
  6. Baru tahu ini lho aku mb, ada karya seperti ini. Puisi yg mendeskripsikan suatu desa, keren dan unik. Makasih reviewnya ya mb, jd penasaran nih!!!

    ReplyDelete
  7. Aku baru tau mbak nama Raedu Pasha. Ini karyanya kayak sastra banget gitu ya? Macem Hujan Bulan Juni?

    ReplyDelete
  8. suka deh main ke blognya mbak. pasti ada review buku-buku menarik yang sebebnarnya nelum aku baca, setidaknya nambah litersiku meski hanya baca reviwnya saja. TFS

    ReplyDelete

Post a Comment