Header Serambi Naqiibah

Film Pesantren, Film Dokumenter Pondok Pesantren yang Dipimpin Ulama Perempuan

Post a Comment
Konten [Tampil]

Adanya film dokumenter tentang kehidupan di pesantren yang ditayangkan dalam bioskop membuatku penasaran. Sayangnya, pada awalnya pemutaran film hanya terbatas di 30 tempat saja. Hingga kemarin ada kesempatan untuk menontonnya. 

Nah, film Pesantren ini berkisah tentang dinamika kehidupan santri di Ponpes Kebon Jambu Al-Islamy, Cirebon, Jawa Barat, yang dipimpin oleh seorang perempuan. Penasaran nggak? Sini aku kasih tau ulasanku tentang film yang asyik ini.

Film Pesantren, Film Dokumenter Pondok Pesantren yang Dipimpin Ulama Perempuan

Tentang Film Pesantren 

Berikut identitas, sinopsis maupun trailer dari film Penyalin Cahaya.

Identitas Film Pesantren

  • Judul                         : Pesantren
  • Director/Sutradara    : Shalahuddin Siregar
  • Executive Producer  : Amelia Hapsari, Don Edkins, Ilkka Vehkalahti, Ken-Ichi Imamura, Mohammed Belhaj
  • Associate Producer : Day Zero Films UG, Lola Amaria Production
  • Producer                    : Shalahuddin Siregar
  • Sound Recordist        : Tommy Fahrizal
  • Sound Designer         : Satrio Budiono
  • Editor                        : Stephan Krumbiegel
  • Tanggal rilis               : 4 Agustus 2022
  • Genre                         : Dokumenter
  • Durasi                        : 100 menit
  • Rating usia                 : semua umur 

Poster Film Pesantren

Sinopsis Film Pesantren

Pesantren merupakan film dokumenter Indonesia yang mengisahkan tentang kehidupan santri Pondok Pesantren Kebon Jambu Al-Islamy, Cirebon, Jawa Barat. Berikut sinopsis film Pesantren yang disutradarai Shalahudin Siregar.

Indonesia, negara dengan populasi muslim terbesar di dunia, memiliki sekitar 25.000 pesantren yang dihuni oleh 4,5 juta santri. Tapi apa yang sebenarnya kita ketahui tentang institusi pendidikan tertua di Indonesia ini? Kita hanya menuduhnya sebagai sarang teroris atau institusi yang tidak aman bagi perempuan. 

 Film ini adalah sebuah usaha untuk mengenal seperti apa kehidupan di pesantren, melalui kisah dua guru muda dan dua santri Pondok Kebon Jambu, sebuah pesantren tradisional dengan 1,500 santri yang dimpimpin oleh perempuan. Ayo Ngaji di bioskop.

Trailer Film Pesantren

Trailer resmi bisa ditonton di Youtube Lola Amaria Production

Pemutaran Terbatas di Cinepolis Malang

Program ini adalah program penayangan terbatas film “Pesantren” di jaringan bioskop Cinepolis. Film ini sudah sempat dirilis di beberapa bioskop tanggal 4 Agustus 2022 yang lalu. Namun karena keterbatasan akses yang diberikan oleh pengusaha bioskop, masih banyak calon penonton di kota-kota lain yang belum mendapatkan kesempatan. 

Untuk itu, program ini diadakan sebagai sambutan terhadap perhatian dan antusiasme para calon penonton yang diterima oleh pembuat film melalui berbagai sumber. Kota-kota ini dipilih karena ketersediaan bioskop Cinepolis dan jumlah permintaan.

Pemutaran ini hanya satu kali di lokasi yang tersedia dengan kuota yang terbatas untuk satu jam tayang. Setelah lama menunggu, akhirnya Malang mendapat kesempatan penayangan di Cinepolis Malang, Matos pada tanggal 28 Januari 2023.

Review Film Pesantren: Makna Pesantren Sesungguhnya

Film Pesantren diarahkan Shalahuddin Siregar, sutradara yang dikenal lewat film dokumenter Negeri di Bawah Kabut (2011). Karya tersebut berhasil meraih sejumlah prestasi, seperti Piala Muhr Asia Africa Special Jury Prize pada Dubai International Film Festival 2011.

Ketika pertama kali tayang terbatas hanya di bioskop daerah Jabotabek sana, aku segera mengirimkan pesan endapatkan kesempatan untuk menikmati film Pesantren di Cinepolis Malang ini, membuatku bernostalgia saat-saat mengenyam ilmu di Pondok Pesantren.

Narasi Keberagaman di Pesantren

Berangkat dari kegelisahannya karena tak mengenal seluk budaya pesantren, sutradara menyorot kehidupan para santri di Pondok Kebon Jambu Al-Islamy. Sebuah sekolah berbasis agama Islam yang dipimpin seorang ulama perempuan, Nyai Masriah Amva.

Ya, awalnya motivasi sutradara membuat film dokumenter kehidupan santri untuk menghapus stigma bahwa pesantren membuat anak jadi teroris.

Adakah pesantren yang mengajarkan keadilan gender ? Ada!

Sebagai salah satu pesantren tradisional terbesar di Kabupaten Cirebon, Pondok Kebon Jambu al-Islami menampung lebih dari 2.000 santri berusia sekitar 12-22 tahun mengajarkan narasi keberagaman, dan tentu keadilan gender.

Mereka dididik berpikir mandiri dan kritis dalam menafsirkan ayat-ayat Al Quran, serta pengetahuan modern yang sejalan dengan ajaran Islam. Salah satu caranya dengan mengikuti diskusi isu kontemporer yang dibahas melalui sudut pandang Islam.

Kehidupan santri di pesantren tersebut juga menjadi salah satu kisah yang disorot. Mereka belajar dan menjalani kehidupan sehari-hari di tengah lingkungan yang dinamis, hangat, riang, dan terbuka.

Para santri pesantren Pondok Kebon Jambu juga diberi kesempatan untuk menggeluti hobi mereka, seperti belajar main musik hingga menampilkan komedi tunggal.

Film dokumenter ini kemudian akan menampilkan potret kehidupan santri dan pesantren Pondok Kebon Jambu melalui kisah dua santri dan dua guru muda.

Quotes yang nampol selama film berlangsung salah satunya adalah

"Orang yang fanatik manfaatnya terbatas" Nyai Masriah Amva.

Benar kata bu Nyai Masriah, menjadi orang fanatik yang hanya mementingkan golongannya saja nanti hidupnya akan fokus kepada golongannya saja. Tidak mau menerima perbedaan di luar golongannya, yang akhirnya akan merasa perasaan benar sendiri.

Dan di Pondok Pesantren Kebon Jambu yang menerima semua orang dengan latar belakang yang berbeda-beda meneguhkan kesan pesantren bukan tempat yang ekslusif. Bukan hanya tempat bagi orang yang sudah pintar mengaji, bukan hanya tempat untuk mereka yang hafal quran

Kesetaraan Gender 

Dalam Film Pesantren ini, selain  merepresentasikan budaya santri yang sangat multikultural juga menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan gender yang bisa kita terapkan sehari-hari. 

Saat scene kelas tingkat universitas yang ternyata diampu Buya Husein, salah satu tokoh yang aktif mengampanyekan pesan-pesan kesetaraan gender dalam Islam memberikan penjelasan yang mudah dipahami tentang ayat quran surat An-Nisa: 34 yang berisi kepemimpinan laki-laki atas perempuan.

"Jadi, kepemimpinan laki-laki atas perempuan adalah kondisional," Buya Husein Muhammad.

Selain itu, film dokumenter ini terjadi dalam setting waktu saat terjadinya KUPI (Kongres Ulama Perempuan Indonesia) pertama kali pada tahun 2017 yang memang diadakan di Pesantren Kebon Jambu al-Islami ini.

KUPI sendiri diselenggarakan untuk melegitimasi dan mengafirmasi kerja- kerja perempuan-perempuan ulama di Indonesia, terutama mereka yang sudah memiliki kesadaran keberpihakan untuk keadilan relasi laki-laki dan perempuan.

Dagelan ala Pondok

Metode pendidikan pesantren yang ada di kita tuh bukan mendidik lulusannya untuk menjadi kayak teroris yang dipikirkan banyak orang. 

"Wong kita cuma ngaji, ngaji..." Santri yang sedang lomba stand up comedy.

Selama nonton film ini tentu saja aku bernostalgia penuh dari adegan-adegan yang ada di film. Mulai dari scene yang membuatku ketawa, manggut-manggut terhadap perkataan para tokoh, hingga menitikkan air mata saat terkenang perjuangan di pondok. 

Pada akhirnya, alhamdulillah, bisa ngaji kembali dengan seru di bioskop! Terima kasih tim Film Pesantren yang sudah berkenan menayangkan di Cinepolis Malang. Semoga Film Pesantren ini beneran bisa tayang di platforrm bioskoponline! 

Naqiibatin Nadliriyah
Halo! Saya Naqi. Pembaca buku yang menulis beberapa topik di Serambi Naqiibah. Diantaranya tentang ulasan buku maupun film, tips, fiksi, finansial, dan review produk teman :)

Related Posts

Post a Comment