Header Serambi Naqiibah

Film Penyalin Cahaya: Potret Kekerasan Seksual di Kampus

Post a Comment
Konten [Tampil]

Film Penyalin Cahaya beberapa kali heboh di dunia perfilman maupun media sosial. Pertama kali saya tertarik saat sang Sutradara mengatakan film ini merupakan project film panjang pertamanya saat nobar film Tak Ada yang Gila di Kota Ini.

Sejak saat itu saya tak henti mengikuti setiap update tentang film ini. Apa saja sih yang kutemukan dari mengikuti film ini hingga tayang dan nonton kemarin? Simak terus ya.

Film Penyalin Cahaya: Potret Kekerasan Seksual di Kampus

Film Penyalin Cahaya

Berikut identitas, sinopsis maupun trailer dari film Penyalin Cahaya.

A. Identitas Film

  • Judul: Penyalin Cahaya (Photocopier)
  • Aktor: Shenina Cinnamon, Chicco Kurniawan, Jerome Kurnia, Giulio Parengkuan, Lutesha, Dea Panendra, Ruth Marini, Lukman Sardi, Budi Ros
  • Sutradara: Wregas Bhanuteja
  • Produser: Adi Ekatama, Ajish Dibyo, Willlawati
  • Perusahaan produksi: Rekata Studio, Kanuinga Pictures
  • Tanggal rilis: 13 Januari 2022 di Netflix
  • Tayang perdana: 8 Oktober 2021 di Festival Film Internasional Busan 2021
  • Durasi: 2 jam 10 menit
  • Rating usia: 18+

 

B. Sinopsis

Usai swafotonya dalam keadaan mabuk beredar, Sur harus kehilangan beasiswanya karena dianggap mencemarkan nama baik fakultas. Sur tidak mengingat apapun yang terjadi pada dirinya tadi malam. Ini adalah kali pertama Sur datang ke pesta kemenangan komunitas teater di kampusnya, dan mendapati dirinya tidak sadarkan diri. Sur meminta bantuan Amin, teman masa kecilnya, seorang tukang fotokopi yang tinggal dan bekerja di kampus, untuk mencari tahu apa yang sesungguhnya terjadi pada dirinya di malam pesta.

C. Trailer


8 Fakta Menarik Film Penyalin Cahaya

Seperti yang sudah ditulis sebelumnya, film Penyalin Cahaya ini menarik perhatianku setelah menonton film Tak Ada yang Gila di Kota Ini. Digawangi sutradara yang sama, saya menanti dengan sabar setiap pemberitahuan terkait film ini. 

Jadi, setelah mengamati dan mengikuti update terbaru dari film ini, saya memungut beberapa fakta menarik yang ada pada film ini. Apa saja itu?

1. Membahas Isu Kekerasan Seksual

Melalui film Cahaya Penyalin kita akan diajak membuka mata lebar-lebar tentang isu yang sudah ramai sejak mencuatnya beberapa masalah kekerasan seksual bahkan di lingkungan pendidikan bahkan perguruan tinggi. 

Film yang menceritakan perjalanan Sur (Shenina Chinnamon), seorang mahasiswa penerima beasiswa yang merupakan tim UKM teater Mata Hari. Dalam kelompok teater tersebut, Sur bertugas mengelola situs kelompok teater tersebut sehingga memperoleh banyak penonton.

Saat pesta di rumah Rama, salah satu anggota teater. Sur kebagian ditunjuk untuk minum minuman alkohol hingga tak sadarkan diri. Dan keesokan harinya yang seharusnya jadwal pelaporan kegiatan perkuliahan untuk beasiswanya, Sur datang terlambat. 

Yang mengejutkan, dosen yang menjadi penanggung jawab pelaporan beasiswa ikut menghakimi bahkan dengan santainya mengatakan beasiswa Sur akan dicabut. Penyebabnya adalah foto Sur memegang gelas minuman beralkohol diunggah di akun media sosial yang mencerminkan tidak berkelakuan baik. Sementara dia merasa tidak mengunggahnya. 

Sejak saat itu, perjalanan Sur untuk mengungkapkan siapa yang mengunggah fotonya tersebut itu dimulai. Akan tetapi, malah membawa Sur kepada fakta lain yang mencengangkan. 

Bahwa kampus memang belum mampu memberikan perlindungan yang cukup bagi penyintas kekerasan seksual. Bahkan kekerasan seksual yang terjadi pun akibat 

2.  Debut Film Panjang Pertama Sang Sutradara

Sebelumnya, Wregas terkenal dengan karya film pendek yang selalu menarik dan aktif mengikuti festival film di luar negeri. 

Beberapa film pendek alumni Institut Kesenian Jakarta ini pun mendapat penghargaan antara lain Lemantun yang mendapatkan penghargaan film pendek terbaik di XXI Short Film Festival 2015. 

Film pendek selanjutnya, Lembusura juga pernah terpilih masuk nominasi Berlin International film Festival pada tahun 2015.

Film pendek lainnya, The Floating Chopin pun dirilis pertama kali pada 24 Maret 2016 di acara Hongkong International Film Festival.

Selain itu film pendek selanjutnya, Prenjak, berhasil memenangkan Cannes Film Festival yang ada di Prancis pada tahun 2016. Film Indonesia yang pertama menang di festival ini membuat saya makin tertarik dengan karya Wregas.

Sutradara asli Yogyakarta ini memang selalu totalitas dalam berkarya. Saat mengikuti film pendeknya yang terbaru berjudul “Tak Ada yang Gila di Kota Ini”, film ini pun berkompetisi di Sundance Film Festival 2020 dan mendapat Piala Citra di FFI 2019. 

Nah, Wregas mengatakan bahwa Penyalin Cahaya ini adalah project film panjang pertamanya, tentu masih bersama Rekata Studio.

3.  Tayang Perdana di Busan Internatinal Film Festival

Pada Oktober 2021 lalu, seperti karya Wregas sebelumnya, film ini turut serta berpartisipasi di ajang festival film bergengsi. Busan International Film Festival (BIFF) ini merupakan salah satu festival film paling signifikan di Asia.

Dengan perwakilan dua orang dari kru film yang berangkat ke Busan, yakni pemeran utama wanita, Shennina Chinnamon dan sutradara film Penyalin Cahaya, Wregas Bhanuteja. Mereka menayangkan film Penyalin Cahaya pertama kali di festival bergengsi ini.

Penyalin Cahaya juga masuk nominasi pada kategori New Currents yang merupakan kompetisi film panjang internasional di BIFF. Penyalin Cahaya diputar bersama 223 film dari 70 negara, termasuk film Indonesia lain yakni Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas, Yuni, dan Laut Memanggilku.

4.  Main Competition 16th Jogja-NETPAC Asian Film Festival 2021

Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) 2021 adalah perhelatan keenam belas festival film Jogja-NETPAC Asian Film Festival yang berbasis di kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta. Festival ini diselenggrakan pada tanggal 27 November - 4 Desember 2021 lalu.

Lagi-lagi film Penyalin Cahaya ini masuk terseleksi dalam Main Conmpetition festival film ini dalam kategori kompetisi utama bersama film produksi Indonesia lainnya seperti Yuni, Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas, dan 9 film panjang lainnya dari beberapa negara di Asia.

5.  Meraih 12 Piala Citra

Film yang menjadi debut karya film panjang pertama Wregas ini berhasil menyabet dua belas piala Citra Indonesia. Iya, tak salah hitung, kok. Ada 12 piala yang dibawa pulang.

Pada ajang Festival film 2021 yang terselengaara beberapa waktu yang lalu, film ini berhasil memborong 12 piala dari 17 nominasi yang masuk. Penghargaan tersebut antara lain:

  1. Penata Busana Terbaik: Fadillah Putri Yunidar
  2. Penyunting Gambar Terbaik: Ahmad Yuniardi
  3. Penata Musik Terbaik: Yennu Ariendra
  4. Pencipta Lagu Tema Terbaik: Mian Tiara
  5. Penata Suara Terbaik: Sutrisno dan Satrio Budiono
  6. Penata Artistik Terbaik: Dita Gambiro
  7. Penata Sinematografi Terbaik: Gunnar Nimpuno, I.C.S
  8. Pemeran Pendukung Pria Terbaik: Jerome Kurnia
  9. Pemeran Utama Pria Terbaik: Chicco Kurniawan
  10. Sutradara Terbaik: Wregas Bhanuteja
  11. Penulis Skenario Asli Terbaik: Wregas Bhanuteja
  12. Film Cerita Panjang Terbaik: Penyalin Cahaya
Meraih 12 Piala Citra

6.  Menjadi Film Pilihan Tempo

Film Pilihan Tempo kembali hadir Desember 2021 lalu. Dan film Penyalin cahaya kembali menyabet 3 penghargaan dari nominasi yang masuk pada film ini. Tiga penghargaan ini meliputi film pilihan, sutradara pilihan dam skenario pilihan.

Menjadi Film Pilihan Tempo

7.  Memilih Untuk Tayang di Netflix

Saat produser mengumumkan film Penyalin Cahaya hanya akan ditayangkan di Netflix, saya merasa bahagia dan tak sabar. Ya, penyebabnya tak lain dan tak bukan adalah pasti aku akan menonton film ini berkali-kali.

Ternyata penyebab produser memilih film Penyalin Cahaya untuk tayang di Netflix adalah demi tersebar luasnya pesan yang ada pada film ini. Selain itu, karena masih dalam kondisi pandemi jadi lebih memilih keamanan dan kenyamanan para penonton.

8.  Sempat Heboh Masa Lalu Salah Satu Kru

Nah, beberapa hari sebelum tayang, media sosial dikejutkan adanya pelaporan tindak kekerasan seksual yang pernah dilakukan salah satu kru film ini. Warganet beramai-ramai menuntut sikap tegas yang harus diambil produser bahkan menuntut dicabut penghargaan. Sedih, sih. 

Pada akhirnya pengambilan sikap dari Rekata Studio dan Kaninga Pictures selaku produser adalah menghapus nama terlapor dari kredit film Penyalin Cahaya.

Iseng dong, saat menonton bagian akhir saya cek satu per satu nama yang muncul. Tak biasanya aku mengamati sedetail itu hingga akhir. Dan ternyata, memang dihapus. Tak ditemukan nama terlapor tersebut. Salut!

8 Fakta Menarik Film Penyalin Cahaya

Potret Kekerasan Seksual di Kampus

Saya peringatkan dulu ya teman-teman. Mungkin tulisan di bawah akan mengandung spoiler dari film Penyalin Cahaya. Barang kali kalian kurang suka adanya spoiler, maka bacanya cukup sampai di sini saja, haha.

1. Kegeraman Selama Menonton

Selama menonton film yang sudah lama kutunggu ini, yang kurasakan adalah geram tapi juga puas pada ending cerita. 

Bagaimana korban dari kekerasan seksual malah dipaksa untuk membuat video klarifikasi permintaan maaf kepada pelaku dan keluarga hanya dengan dalih pencemaran nama baik. Terdengar sangat akrab, kan?

Bahkan rasa gregetan meningkat saat teman yang diminta untuk membantu Sur, Amin, terungkap rahasianya. Potek rasanya, Mas Min!

Kegeraman lainnya adalah timbul pertanyaan selama menonton, benarkah ini ditulis oleh orang yang masa lalunya pernah melakukan kekerasan seksual juga? 😓

2. Menjelaskan Motif Lain dari Kekerasan Seksual

Dalam film Penyalin Cahaya ini menjelaskan secara gamblang bahwasanya tidak selalu motif dari kekerasan seksual ini berkutat tentang hasrat seksual, bahkan film ini tidak menunjukkan sama sekali adanya hasrat seksual dari pelaku. 

Akan tetapi, modus berkesenian. Diilhami dari sang Medusa 

3. Kritik Strata Sosial

Selanjutnya, dalam film ini pun sangat jelas terlihat ketimpangan kekuasaan. Bagaimana Sur yang terancam dicabut beasiswanya, keluarga pelaku malah dengan senang hati akan membantu uang kuliah Sur. Sangat miris.

Selain itu, kekuasaan sangat terlihat saat pihak kampus maupun pelaporan hak cipta yang bukannya memberikan perlindungan malah memutarbalikkan fakta. Di sini rasa gregetan sudah diubun-ubun. 

Segala aspek yang ada dalam film ini sangat rapi dan cakep. Mulai dari karakter, konflik hingga ending yang meleburkan emosi para penonton. Dan tak bosan-bosannya aku menonton berkali-kali.

Terlepas dari kontroversi yang ada menjelang tayang di Netflix, film Penyalin Cahaya sukses mengacak emosi terutama pada bagian penutup yang sangat kuat. Penutup yang indah namun pahit rasanya. 

Maju terus perfilman Indonesia!



Referensi:

https://rekata.co/film/penyalin-cahaya/

instagram.com/penyalincahaya

Naqiibatin Nadliriyah
Halo! Saya Naqi. Pembaca buku yang menulis beberapa topik di Serambi Naqiibah. Diantaranya tentang ulasan buku maupun film, tips, fiksi, finansial, dan review produk teman :)

Related Posts

Post a Comment