Header Serambi Naqiibah

Teknik Menulis Opini bersama Reni Soengkunie

Post a Comment
Konten [Tampil]

Materi selanjutnya dari kelas One Day One Post adalah teknik menulis opini. Lagi-lagi pemateri adalah orang yang kukenal. Reni Soengkunie atau yang biasa kupanggil dengan Mbak Reni ini juga pernah menjadi admin komunitas Gerakan One Week One Book selain aktivitasnya menjadi penulis Terminal Mojok. 

Menulis Opini

 Poin-Poin dalam menulis opini yang dijelaskan mbak Reni Soengkunie antara lain:

1. Tulis sesuatu yang kita tahu dan kuasai

Untuk menulis sebuah opini diperlukan argumen yang kuat. Tanpa argumen yang kuat sebuah tulisan berupa opini itu hanya omong kosong semata. Oleh karenanya ada baiknya saat menulis opini kita harus paham benar dengan apa yang ingin kita tulis dan komentari. 

 Alangkah baiknya jika tema dari sebuah opini itu ditulis dari sesuatu yang memang kita tahu dan kuasai. Paling tidak jika kita tidak tahu tentang tema itu, maka kita bisa mempelajari atau melakukan riset terlebih dahulu, tapi tentu ini akan memakan waktu yang tidak sebentar.

2. Menemukan ide sederhana di sekitar kita

Banyak hal yang bisa dijadikan sebuah tema dari sebuah tulisan. Tak perlu hal yang rumit atau susah, tapi kita cukup melihat apa yang ada di sekitar kita sekiranya ada sesuatu yang belum 'pas'. Entah itu masalah kebiasan, kebijakan, dll. 

Dari masalah kecil yang mungkin ada di sekitar, kita bisa mengomentarinya dengan  menggunakan argumen yang kuat dan masuk akal. Tanpa sebuah masalah, nggak akan ada opini yang dikomentari. Jadi kita harus rajin membaca masalah di sekitar kita.

3. Membaca

Dalam menulis tentu harus seimbang dengan membaca. Membaca apa pun itu. Entah itu buku, membaca keadaan, membaca situasi, dan membaca orang-orang di sekitar kita. 

Menulis tanpa membaca itu hanya seperti mengambil air pakai keranjang, kelihatannya capek menulis tapi sebenarnya gak ada isinya sama sekali. Lagi pula semakin banyak kita membaca, maka semakin banyak pembendaharaan kosakata yang kita punya. Sehingga kualitas tulisan kita pun tanpa kita sadari akan semakin bagus ke depannya.

4. Mengenal Media Massa Yang Dituju

Bagi teman-teman yang suka membuat opini dan dikirim ke media massa, ada baiknya mengenal lebih dalam media massa yang akan kita tuju. Diibaratkan orang yang menerima cinta kita, nggak mungkin dong kita melamar seseorang sedangkan kita sendiri nggak mengenal dan tahu tentang kriteria yang diinginkan orang tersebut. 

Untuk bisa masuk dan menerima tulisan kita tentu kita harus sesuai kriteria yang diinginkan, maka dalam proses ini kita harus melakukan pedekate dengan media massa tersebut. Jangan sampai kita ingin mengirim tulisan di media massa tapi kita bahkan tak tahu selera tulisan seperti apa yang diinginkan. 

Nah, ini pentingnya kita mengenal media massa yang kita tuju. Biasanya tiap media massa itu punya karakter sendiri-sendiri. Jadi kalau misal tulisan kita itu ditolak kadang bukan berarti tulisan kita itu jelek, tapi cuma kadang tidak sesuai seleranya aja. Misalkan nulis di Majalah Femina gitu, maka yang harus dipahami, tulisan di sana itu target pasarnya siapa sih yang baca. Dan bagaimana sih gaya penulisannya. Itu harus dipelajari secara serius sih ya.

5. Menulis- Kirim- Lupakan-Menulis Lagi

Jika tulisan kita belum beruntung di sebuah media massa, maka tak perlu galau berkepanjangan itu hanya akan membuat minat menulis semakin merosot. Ada baiknya kita tetap konsisten dalam menulis dan mengirim tulisan. 

Mbak Reni mengungkapkan biasanya menggunakan rumus: Menulis-Kirim-Lupakan-Menulis lagi sampai tulisan kita tembus ke media tersebut.

kalau masalah ditolak jangan ditanya lagi, di Terminal Mojok itu biasanya orang hanya fokus mbak Reni sudah berapa ratus tulisan yang tayang di sana. Padahal aslinya ada lima puluhan lebih tulisannya yang ditolak di sana. Pernah dulu sehari dapat notifikasi penolakan sampai empat. Tapi semakin sering ditolak jadi semakin terlatih patah hati kalau kata The Rain .




Sebenarnya dalam menulis itu kita harus berani bertanggung jawab terhadap tulisan yang kita buat. Kalau data dan argumen kita kuat serta ada bukti yang akurat yah nggak masalah. Tapi tetap ya, semua ada konsekuensinya. Makanya ketika kita berpendapat ada baiknya kita harus memiliki argumen yang kuat.

1. Kebebasan itu relatif ya. Bebas asal bertanggung jawab sih kalau menurut saya. 


2. Banyak membaca tulisan di media massa itu. Menulis. Kirim. Lupakan. Menulis lagi. Sampai tembus


Itulah sekelumit materi kelas One Day One Post tentang teknik menulis opini yang disampaikan Mbak Reni dan sedikit reuni kecil, haha. Terima kasih, Mbak Ren!

Naqiibatin Nadliriyah
Halo! Saya Naqi. Pembaca buku yang menulis beberapa topik di Serambi Naqiibah. Diantaranya tentang ulasan buku maupun film, tips, fiksi, finansial, dan review produk teman :)

Related Posts

Post a Comment