Header Serambi Naqiibah

Mengenal Tulisan Nonfiksi bersama Kak Sakifah

Post a Comment
Konten [Tampil]

Mengenal tulisan nonfiksi ini merupakan materi di komunitas One Day One Post yang ke-berapa ya? Aku agak lupa. Akibat perkuliahan daring sudah masuk, jadi kurang optimal untuk mengikuti kelas, huhuhu. Untuk materinya sebisa mungkin aku akan tulis di blog sih, sebagai catatan usai mengikuti sebuah kelas. 

Nah untuk materi kece kali ini. Sila disimak sampai akhir yaa.

A. Mengenal Teks Nonfiksi

Menurut KBBI, nonfiksi memiliki arti yang tidak bersifat fiksi, tetapi berdasarkan fakta dan kenyataan (tentang karya sastra, karangan, dan sebagainya). Jadi tulisan nonfiksi merupakan tulisan yang disusun berdsarkan fakta dan kenyataan.

Jenis Tulisan Nonfiksi

Tulisan nonfiksi dibagi menjadi dua jenis, antara lain:

1. Nonfiksi murni 

Jenis nonfiksi yang ini seperti biografi-autobiografi, karya ilmiah: artikel ilmiah (bagian jurnal), skripsi, makalah, tesis, esai, teks sejarah, opini, buku akademik, resensi 

2. Nonfiksi kreatif

Untuk jenis nonfiksi ini seperti artikel populer, jurnalisme sastra, catatan dokumenter, buku populer.

Setelah itu kak Saki memberikan berbagai jenis tulisan untuk dibedah masuk jenis nonfiksi apa untuk masing-masing tulisan. Seru sekali setiap kelas yang diampu kak Saki.

Cara Menyusun Tulisan Nonfiksi

Setelah tahu dan bisa mengidentifikasi jenis tulisan nonfiksi, kalian yang sudah biasa nulis nonfiksi langkahnya gimana sih? Apa langsung ditulis aja, setelah ide lewat di kepala? Nah, berikut langkah dari kak Saki:

1. Tentukan Tema

Tema di sini merupakan pokok bahasan yang ingin disampaikan melalui tulisan

2. Rumusan Tujuan Jelas

Hal ini penting untuk mempengaruhi gaya bahasa dan mengumpulkan data.

3. Riset Data

Menulis nonfiksi harus bisa dipertanggungjawabkan kebenaran datanya. Tulisan nonfiksi tidak boleh berisi khayalan, imajinasi, apalagi hasil ngelamun ya. Maka riset menjadi sangat penting. Usahakan untuk hanya menggunakan data valid, dari sumber terpercaya. Jangan 'katanya... Katanya.." Ini bahaya.

Hati-hati ketika menulis nonfiksi, jangan abaikan kekuatan data. Karena isi tulisan kita harus bisa dipertanggungjawabkan.

4. Membuat Kerangka

Kerangka yang dibuat harus minimal, rencana urutan isi tulisan harus adil. Cara ini penting dilakukan biar tidak ada pembahasan yang berulang-ulang dalam satu tulisan. 

5. Menyusun Paragraf

Buat paragraf yang saling terhubung sehingga membentuk tulisan utuh.

Kesalahan Umum Dalam Penulisan Nonfiksi

Kesalahan umum yang sering menjadi masalah dalam penulisan nonfiksi selain data adalah sebagai berikut:

1. Tipografi

Tipografi atau yang sering dikatakan sebagai typo merupakan kesalahan seperti salah ketik, salah huruf, salah tanda baca.

2. Singkatan

Tak jarang karena terbiasa mengirim pesan menggunakan singkatan, maka saat kita menulis pun menyingkatnya. seperti:

  • yang disingkat yg, 
  • dengan disingkat dg.

3. Tanda Baca

  • Setelah tanda titik, koma, titik dua, tanda seru, tanda tanya, gunakan spasi 
  • Setelah tanda petik dua, tada kurung bagian depan tidak perlu spasi

4. Kata Tugas

Gunakan kata tugas yang tepat dalam kalimat atau antar kalimat:

  • preposisi (kata depan)
  • konjungsi (kata sambung)
  • artikula (kata sandang)
  • interjeksi (kata seruan)
  • partikel (penegas)

B. Beberapa Cara Seputar Penulisan Nonfiksi

1. Cara Mengurangi Kesalahan Penulisan Nonfiksi

Ada cara rahasia yang bisa berguna banget buat ngurangi typo/salah ketik, antara lain:

  1. Biasakan untuk mengetik percakapan tanpa singkatan
  2. Belajar PUEBI dan buka KBBI jangan malas, ya.

2. Cara Agar Tulisan Nonfiksi Tidak Membosankan

Selanjutnya cara biar tulisan nonfiksi tidak membosankan, sebagai berikut:

a. Buat kerangka dulu, ini penting biar nggak ada pembahasan yang berulang-ulang dalam satu tulisan. 

b. Setelah nulis, coba baca sendiri sebelum di-publish. Standar minimalnya diri sendiri aja dulu. Seneng nggak bacanya? Puas atau cepet bosen? Apa yang perlu dikurangi/tambahi? 

c. Banyak baca referensi, tulisannya pasti jadi "kaya", nggak bikin bosen lagi. Termasuk pemilihan diksi, ini justru penting. 

Kita nggak perlu pakai diksi yang sulit dipahami. Justru kalimat sederhana yang bisa menyampaikan pesan utama kepada oembaca itu lebih disukai. Percuma pakai istilah ilmiah, tapi bikin bingung pembaca, kan kasihan.

Kecuali untuk karya ilmiah yang memang menuntut demikian, ya. Biasanya kalau bahasa jurnal/karya ilmiah mesti pakai bahasa sesuai bidangnya. 

C. Penutup

Nah, materi mengenal tulisan nonfiksi bersama kak Sakifah di kelas ODOP ini sangat bermanfaat dan super keren. Salam literasi!









Naqiibatin Nadliriyah
Halo! Saya Naqi. Pembaca buku yang menulis beberapa topik di Serambi Naqiibah. Diantaranya tentang ulasan buku maupun film, tips, fiksi, finansial, dan review produk teman :)

Related Posts

Post a Comment