Header Serambi Naqiibah

Memilih Jenis Tulisan Fiksi yang Sesuai Karakter Bersama Kak Andrew Hu

Post a Comment
Konten [Tampil]

Memilih jenis tulisan fiksi yang sesuai karakter ini merupakan materi di komunitas One Day One Post yang ke-berapa ya? Yang jelas kemarin sudah dibahas materi tentang nonfiksi bersama kak Sakifah Untuk materinya sebisa mungkin aku akan tulis di blog sih, sebagai catatan usai mengikuti sebuah kelas. 

Nah untuk materi keren kali ini. Yuk disimak sampai akhir yaa

Memilih Jenis Tulisan Fiksi yang Sesuai Karakter Bersama Kak Andrew Hu


Tentang Pemateri

Pemateri pada open Recruitmen Komunitas One Day One Post kali ini adalah kak Andrew Hu yang masih berumur 17 tahun. Pemateri memiliki prinsip: ‘Segala sesuatu akan menjadi emas di tangan yang tepat’ yang membuatnya ingin terus menggali seluk beluk kepenulisan lebih dalam. Bagi kalian yang ingin mengenal pemateri lebih dalam, bisa cek beberapa media sosial dengan username @Quintis8 atau @Quintis8_

Pada usianya yang masih belia, kak Andrew mengaku karya fiksinya hanya novel dan cerpen. Itupun masih belum jelajah semuanya. Dia mengaku bahwa dua biji itu cakupannya sudah seluas alam semesta.

Untuk genre, dia suka sama genre komedi, fiksi remaja, terus fantasi. Biasanya selalu digabungkan itu 3 genre. Terlihat lebih seru kalau ada 2 genre dikombinasikann. Misalnya comedy-teenfic, comedy-horor, romance-comedy, fantasi-romance juga ada. Itu pada buku pertamanya. 

Mengcapek nulisnya, tapi nggak ayal memang risetnya seru. Soalnya waktu dia tulis dengan latar medieval. Suasananya kayak gimana. Kebiasaan penduduk gimana, desanya kayak apa, letaknya di mana, cuacanya gimana. Ada satu. Cara orang pas waktu itu melahirkan. Aku cari itu karena butuh adegan itu buat novelku. Menyayat sekali

Memilih Jenis Tulisan Fiksi yang Sesuai Karakter

Pernah gak sih, merasa ganjil pas makanan yang gak kita sukai malah disukai orang? Aku pernah. Sekadar informasi, aku tidak suka bawang putih. Suatu hari lagi bosen, scrolling IG ada konten makan-makan, mukbanger-nya makan bawang putih satu siung satu siung gede. Pas nonton, mataku kayak mau keluar. Gak kebayang bau menyengatnya gimana, tapi di orang itu malah terlihat nikmat.

Nah,itu contoh bahwa segala sesuatu tidak bisa kita bilang”Karya ini kenapa bisa banyak yang baca, sih? Ish, gaya penulisannya aneh banget, kok bisa banyak yang baca? Bisa tenar?” Perlu diketahui kalau selera orang itu beragam. 

Kata seorang penulis: Setiap naskah ada jodohnya. 

Mau seperti apapun pasti ada yang suka. Gak bisa kita bilang semua orang membencinya, dan gak semua orang juga menyukainya. Nah, pertanyaannya... Bagaimana kita memilih jenis tulisan yang sesuai? Gaya bahasanya kudu gimana? Genre apa? Diksi seindah apa? Kata-katanya sederhana/puitis? Sebelum itu, mari kita pahami dulu arti “fiksi”.

Menurut KBBI, fiksi diartikan cerita rekaan, khayalan, dan tidak berdasarkan kenyataan. Fiksi adalah cerita khayalan pengarang/penulis yang bisa berdasarkan pada fakta. Bersifat imajinatif, tapi tetap rasional (masuk akal) meski ada unsut dramatisasi dalam hubungan antar makhluk hidup. Fiksi bertujuan untuk hiburan, sehingga perasaan pembaca menjadi prioritas utama bagi pengarang.

Jenis Tulisan Fiksi

Jenis tulisan fiksi ada 4: 

1. Dongeng

Pembagian dalam dongeng: 

Sage: cerita fiksi yang ada kaitannya dengan terjadinya suatu peristiwa/sejarah.

Mite: cerita yang mengandung kepercayaan dalam suatu kelompok masyarakat.

Dongeng lucu: cerita jenaka tentang perjalanan tokoh yang menimbulkan humor.

Fabel: cerita dengan tokoh hewan, bertingkah selayaknya manusia.

Legenda: cerita bersifat khayal akan fenomena alam suatu daerah.

2. Roman

3. Novel

Cerita tentang kisah perjalanan manusia dalam kurun waktu yang tak menentu dari awal hingga akhir. Meski kadang ada novel yang ending-nya menggantung. Biasanya jumlah kata lebih dari 30.000 kata.

4. Cerita Pendek

Cerita dengan kisah yang laju alur dan plotnya dibuat lebih cepat dibanding novel. Bisa dibaca sekali duduk.

Tahap Menulis Fiksi

Untuk teman-teman yang sedang mencari karakter untuk terjun dalam dunia fiksi, setelah mengetahui jenis-jenisnya apakah sudah mulai ada gambaran?

Pertama ingin memberi tahu, kalau semua ini adalah tahap-tahap yang dilakukan buat nulis. Versi pemateri. Jadi, kalian gak perlu plek-ketiplek niru semuanya. Ambil aja beberapa yang menurut temen2  nyaman. Mau ikutin juga it’s ok.

1. Target pembaca, Genre/Tema

Menentukan target pembaca kita siapa. Dewasa, remaja, atau anak2. 

Selanjutnya menentukan genre, setelah ketemu lanjut ke tema. Atau dibalik juga tidak apa-apa. Misalnya, aku mau genre komedi-horor. Komedi genre utama, horor sub-genre. Lanjut, temanya persahabatan.

Ada juga yang mulai dari ide dulu. Idenya misal mereka bersaudara, tapi salah satunya hantu. Bisa langsung dikembangin deh.

2. Daftar tokoh

Pikir tokohnya harus gimana. Misal lanjutkan contoh di atas, sesuai dengan genre yang horor komedi, ada tokoh hantu dan manusia. Akan sangat menarik kalo tokoh manusia kita beri sifat penakut. Di mana dia harus ketemu hantu itu terus. Bisa terbayang bakal gimana?

Aku biasanya nentuin pake need sama want. Want bersifat eksternal, kalo need bersifat internal. Keinginan adalah bagian dari eksternal. Kebutuhan adalah bagian dari internal yang harus disadari tokoh agar dia bisa berkembang.

Misal tadi: tokoh manusia punya saudara hantu, tokohnya lama-lama risih sama saudaranya.

WANT EKSTERNAL: dia pengin bebas secepat mungkin meski harus menyakiti saudaranya. 

NEED INTERNAL: dia akhirnya sadar diberi kekuatan buat bisa melihat agar bisa melindungi saudaranya setan.

3. Premis, Sinopsis, Outline

-Premis terdiri dari 1 kalimat/ lebih yang menceritakan keseluruhan cerita.

-Sinopsis: ringkasan keseluruhan sebuah cerita tanpa menghilangkan poin penting dan ketertarikannya. Jadi gambarannya hanya berpusat pada konflik utama cerita.

-Outline: bagian paling detail dimana kita menuliskan seluruh alur dan plot tiap bab yang menjadikannya 1 ruh cerita.

Masukkan setting, konflik, sudut pandang, alur, plot, dll di tahap ini.

4. Eksekusi

Kerapian menjadi unsur utama, agar sedap dipandang. Entah kerapian dalam menulis atau dalam kata/kalimat yang digunakan.

Mencegah Plot Hole

Menurut kak Andrew, outline itu sudah bisa mencegah terjadinya plot hole. Tapi memang kadang ada saja yang kelewat. That’s why pentingnya membuat bikin point penting. 

Berikut contoh outline yang biasa digunakan:

Outline

Bab 1

Poin Penting:

  • Gala bertemu Wira di depan TMP
  • Gala sesak pipis
  • Gala mengomeli abang ojol
  • Tidak ada Lilis di kos
  • Bertemu Wira
  • Mereka bermain

1. Gala yang sedang sesak pipis diantar ojol ke kos barunya. Melewati kuburan, dia bertemu seorang bocah yang menatapnya dengan instens. Gala yang kesal mengole abang ojolnya yang berputar-putar di jalan yang sama, membuatnya tak memedulikan bocah itu.

2. Gala izin memakai toilet minimarket.

3. Di kos, bocah yang ditemui Gala di kuburan ternyata di sana. Namanya Wira. Wira yang sok kenal, sok dekat, mengajak Gala bermain dengannya. Gala sedikit bingung, tapi mereka kemudian berkejaran.

Lihat point penting di atas, baca no 1 dan 2. Gala bertemu Wira di TMP. Sekilas info, Wira itu hantu. Kenapa dikatakan ada di TMP? Soalnya aku punya rencana buat ngungkit kejadian lagi di tengah cerita. Itu tips untuk cegah plot hole. Pokoknya, catat yang paling penting aja, di kertas atau hp.





Naqiibatin Nadliriyah
Halo! Saya Naqi. Pembaca buku yang menulis beberapa topik di Serambi Naqiibah. Diantaranya tentang ulasan buku maupun film, tips, fiksi, finansial, dan review produk teman :)

Related Posts

Post a Comment