Header Serambi Naqiibah

#BookReview: Memburu Muhammad by Feby Indirani

Post a Comment
Konten [Tampil]

Gimana kabar #dirumahaja kalian? Semoga belum mati bosan ya. Buat mengatasi kebosanan, kali ini aku mau mengulas buku yang jadi favoritku saat ini. Memburu Muhammad judul buku favoritku pada awal tahun ini. Aku menemukan buku ini karena kebetulan menjadi reseller resmi dari Bentang Pustaka.

Trilogi Islamisme Magis

Buku Memburu Muhammad ini merupakan kumpulan cerpen yang kedua dari trilogi Islamisme Magis karya Mbak Feby Indirani. Trilogi ini semuanya berbentuk kumpulan cerita pendek dengan tema islamisme magis. Meskipun trilogi, tapi masing-masing bisa dinikmati secara terpisah.

Buku pertamanya yang berjudul Bukan Perawan Maria diterbitkan pada tahun 2017, sudah keliling berbagai kota di Indonesia hingga mancanegara:Italia, Belanda, Jerman, Belgia, dan Inggris, bahkan Bukan Perawan Maria sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Italia. Sementara buku ketiga, saat ulasan ini ditulis, penulis mengaku masih berada dalam rahim penciptaan.

Islamisme magis sendiri mirip dengan realisme magis. Acuannya barang kali dari sana, realisme magis dalam keislaman, di mana pendekatan yang diambil adalah membalik simbol yang sudah ada. Seperti kisah yang ditulis Danarto dalam kumpulan cerpen Godlob.

Ulasan Buku Memburu Muhammad

Buku Memburu Muhammad

Identitas Buku

Identitas buku ini bisa dilihat di bawah
Judul: Memburu Muhammad
Penulis: Feby Indirani
Penerbit: Bentang Pustaka
Tahun Terbit: Oktober 2020
Tebal halaman: xiv + 210 hlm
ISBN: 978-602-291-745-8

Blurb 

“Mungkin bisa ada ratusan Muhammad baru di kelurahan ini saja, Bapak yakin ingin menemukan satu Muhammad?”

“Ada cara untuk membuatnya lebih mudah, kah? Katanya ini zaman serba canggih, orang kuno seperti aku tidak mengerti! Siapa di sini yang bisa menggunakan benda terang bercahaya itu, yang bisa memberikan jawaban?"

Kumpulan cerpen Memburu Muhammad adalah yang kedua dari trilogi Islamisme Magis karya Feby Indirani, setelah Bukan Perawan Maria yang telah keliling berbagai kota di Indonesia, hingga mancanegara: Italia, Belanda, Jerman, Belgia, dan Inggris.

Kumpulan cerita baru ini menggelitik, menyusup masuk ke sari pati keberagamaan masa kini. Aneka rupa tema dan cerita—suara dari alam kematian yang menggemparkan kampung di Jakarta, kiai yang hidup kembali setelah wafat, dilema bakso terenak di dunia, pelukis yang ingin melukis Tuhan, malaikat yang mencintai dengan pedih, negeri Tuantu yang dilanda mitos dan pandemi, juga seorang yang mengaku musuh Nabi menyandera petugas kelurahan. Jenaka, juga mengharukan.

Ulasan Buku

Buku yang berisi 19 judul cerpen ini memang sangat menarik dan menggelitik, tanpa terkecuali cerpen yang menjadi judul buku ini dan termasuk salah satu cerpen favoritku, Memburu Muhammad. Beberapa kisah dalam buku ini juga merupakan kisah sufistik yang pernah kudengar saat ngaji dulu, namun kisahnya dirombak penulis dengan sangat berani dan ending yang sangat mencengangkan.

Di dalam cerpen Memburu Muhammad ini, penulis menghidupkan kembali sosok Abu Jahal yang sedang berburu sosok Muhammad yang membuat anaknya Abu Jahal-bernama Ikrimah-berpindah agama menjadi pengikut Muhammad. Kemudian Abu Jahal ini mendatangi salah satu kelurahan di negeri yang katanya banyak ditemukan orang yang bernama Muhammad.

Abu Jahal pun menyandera seorang ibu petugas kelurahan, sebelum akhirnya Ikrimah-nama lengkapnya Muhammad Ikrimah-menyediakan diri untuk membantu Abu Jahal menelusuri jutaan data dan nama Muhammad. Namun, sayangnya tak pernah ada (tak ditemukan) lagi sosok Muhammad bahkan yang sedikit mirip pun.

Mungkin dari membaca judul dan blurb buku ini, beberapa dari kalian akan menyangka, ini Nabi Muhammad yang diburu ya? Tapi kok ini penulisan Muhammad yang terkesan menyepelekan gelar kanjeng Nabi Muhammad shallalllahu 'alaihi wasallam. Tapi menurutku malah ini menjadi satu kritikan bagi para penyandang nama Muhammad. Seakan-akan buku ini menampar sambil berteriak, "Hei, kalian itu punya nama yang maknanya sangat luhur, kok perilaku kalian tidak mencerminkan keluhuran nama kalian seperti pemilik pertama nama ini?"

"Itu sungguh aneh! Lalu untuk apa kalian semua bernama Muhammad kalau mirip pun tidak? Cuma jadi pencuri, politisi haus kuasa, atau semata orang tak berguna? Masih mending kalau bisa sukses jadi penyair". (hlm. 139)

Cerpen lainnya yang sangat berkesan bagiku adalah cerpen yang berjudul Pengincar Perempuan Tuantu. Dalam cerpen ini, ada binatang buas di negeri Tuantu yang memburu perempuan. Akan tetapi, pemimpin negeri ini malah membuat aturan bahwa penduduk perempuan di negeri ini dikekang, tidak boleh keluar rumah. Menurutku ini salah satu kritik juga. Kok bisa-bisanya sumber masalahnya tidak diselesaikan malah bikin aturan aneh. Ini juga menjadi salah satu bentuk kritik patriakisme dalam agama.

Mengatur-atur dan melarang-larang perempuan adalah pilihan yang selalu lebih mudah ketimbang bersusah-susah mengatasi persoalan yang sebenarnya. (hlm. 56)

Tujuh belas cerpen lainnya dengan bahasa satir untuk mengajak kita kembali berpikir dan merenung kembali tentang cara keberagamaan kita. Isu-isu agama yang sering kita jumpai dalam jagad media sosial pun diangkat. Sudah lama warga negara ini, apalagi umat muslim terlalu mudah sensitif dalam beragama. Dan Mbak Feby dengan beraninya menuliskan hal-hal yang sangat sensitif ini dengan kisah yang asyik dan menggelitik.

Penutup 

Dan pada akhirnya kumpulan cerpen yang imajinasinya sungguh menggugah dan sufistik ini membawa pesan bahwasanya beragama itu bukan bertujuan untuk mengkotak-kotakkan manusia. Kita semua punya hak untuk hidup berdampingan secara damai dengan sesama manusia.

Menurutku, penulis buku ini mengajak untuk rileks saja saat beragama. Ketika kita beragama, yang utama kan urusan masing-masing dengan Sang Pencipta. Selain itu, masih banyak hal yang ndak pernah kita ketahui dengan benar dan jelas sehingga masih banyak ruang kosong yang tidak kita pahami dan tak selayaknya kita menghakimi cara beragama orang lain.

Neraka atau surga, apakah itu penting? Tak bisakah kau hanya menikmati semua kenikmatan ini? Hidup untuk saat ini saja? (hlm.175)

Untuk kalian yang mau membaca buku kumpulan cerpen ini, tips dari aku adalah siapkan dada dan pikiran terbuka selebar-lebarnya. Meski semua cerpen dalam buku ini bisa dibaca dalam sekali duduk, butuh waktu untuk merenung dan mencerna pelan-pelan pesan dan isi buku ini. Sebaiknya, kasih jeda saat baca antar cerpen.

Setelah kalian membaca buku ini, bebas saja nantinya kalau kalian mau menafsirkan bagaimana makna yang didapat. Karena memang sah saja punya penafsiran yang berbeda disebabkan isi pikiran orang-orang juga berbeda. Selamat membaca! Dan kalau kalian tertarik mau membeli buku ini bisa hubungi aku ya, haha. Stay safe, everyone!



Naqiibatin Nadliriyah
Halo! Saya Naqi. Pembaca buku yang menulis beberapa topik di Serambi Naqiibah. Diantaranya tentang ulasan buku maupun film, tips, fiksi, finansial, dan review produk teman :)

Related Posts

Post a Comment